BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Manusia seperti
yang kita tahu, sangat erat kaitannya dengan arti kebudayaan. Kebudayaan itu
ibaratnya seperti ciri khas dari manusia yang menggunakan kebudayaan tersebut.
Banyak sekali kebudayaan di negara Indonesia tercinta kita ini, salah satunya
adalah seperti kebudayaan Jawa, kebudayaan Aceh, Kebudayaan Minangkabau dan
masih banyak lagi.
Hakikat manusia
dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan adalah suatu keharusan agar tidak
terpengaruh oleh kebudayaan lainnya. Kita harus menjaga keaslian budaya kita
karena kebudayaan tersebut merupakan warisan dari nenek moyang kita dahulu. Namun
akhir-akhir ini, kita pasti sudah tahu kalau banyak dari kebudayaan di negara
kita ini telah terpengaruh oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat.
Ya, itu benar. Ini merupakan efek dari arus globalisasi yang sangat kencang
sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan dari luar yang bebas keluar masuk ke
dalam negara kita ini sehingga kebudayaan kita agak sedikit ‘terpengaruh’ oleh
kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ini merupakan kelalaian masyarakat
sekarang yang tidak mampu menjaga keaslian budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang
kita terdahulu. Tapi ini sudah terlambat untuk diatasi. Mengapa? Ibaratnya itu
kita seperti berjalan melawan arus yang sangat kencang, seperti itulah yang
masyarakat kita sedang alami. Mereka tidak mempersiapkan pertahanan untuk
melawan arus kencang tersebut. Bahkan mereka mulai mengikuti arah arus
tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena jika ini dibiarkan terus maka
kebudayaan asli kita akan perlahan-lahan hilang. Tidakkah kita berpikir,
bagaimana dengan anak cucu kita kelak yang akan mewariskan kebudayaan kita,
sedangkan kebudayaannya itu sudah ‘tercemar’ oleh kebudayaan asing atau luar.
B. RUMUSAN
MASALAH
a.
Bagaimana konsep
manusia dalam Ilmu Budaya Dasar?
b.
Apa pengertian dan
jenis – jenis cinta?
c.
Apa pengertian dan
jenis – jenis penderitaan?
d.
Apa pengertian dan
jenis – jenis keadilan?
e.
Apa saja faktor –
faktor yang mempengaruhi keadilan?
C. TUJUAN
PENULISAN
Adapun tujuan penulisan adalah untuk :
a. Untuk
mengetahui berbagai konsep manusia dalam Ilmu Budaya Dasar
b. Untuk
mengetahui berbagai pengertian dan jenis – jenis cinta
c. Untuk
mengetahui berbagai pengertian dan jenis – jenis penderitaan
d. Untuk
mengetahui berbagai pengertian dan jenis – jenis keadilan
e. Untuk
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keadilan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Manusia
1. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari
kata ”manu” (Sansekerta), ”mens” (Latin), yang berarti berfikir,
berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu.
a. Pengertian Manusia menurut Para Ahli
Selain itu pula, banyak para ahli yang mengemukakan definisi manusia itu tersendiri, diantaranya :
·
Manusia adalah bhineka, tetapi
tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena
jasmani dan rohani merupakan satu barang. (Nicolaus D. & A.Sudiarja)
·
Manusia adalah “tubuh yang
berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh
yang fana”. (Abineno J. I.)
·
Manusia adalah mahluk hidup
berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar. (Sokrates)
·
Manusia adalah suatu mahluk
yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan. (Kees Bertens)
·
Manusia adalah mahluk yang
dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa. ( I Wayan Watra)
·
Manusia adalah mahluk yang
paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk
yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya
dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. (Omar Mohammad Al-Toumy
Al-Syaibany)
·
Manusia adalah mahluk terbuka,
bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang
hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul
multidimensi dengan berbagai kemungkinan. (Paula J. C. & Janet
W. K.)
Menurut
sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri.
Ada banyak sebutan untuk manusia karena aktivitasnya, diantaranya :
1)
Manusia adalah animal rational, artinya yaitu makhluk
yang mempunyai pikiran.
2)
Manusia adalah homo faber, artinya yaitu makhluk yang
ahli membuat peralatan.
3)
Manusia adalah zoon politicon, artinya yaitu makhluk
yang pandai bekerjasama dan mengorganisasikan diri.
4)
Manusia adalah homo religious, artinya yaitu makhluk
yang beragama.
b. Ciri yang dapat diamati
dari diri manusia
Mendefinisikan
manusia tidaklah semudah dengan mendefinisikan wujud – wujud lainnya, karena
mendefinisikan manusia adalah mendefinisikan dirinya sendiri, dan hal ini
adalah hal yang tidak mudah. Akan tetapi meskipun begitu ada beberapa cirri
yang khas yang dapat diamati dari diri manusia yaitu :
1)
Manusia berbeda dengan
binatang. Perbedaan ini karena beberapa faktor fisik diantaranya :
·
Sikapnya yang tegak. Sikap
tegak itu membebaskan manusia untuk melakukan eksplorasi.
·
Jari – jarinya yang bebas
serta ibu jarinya yang mudah bergerak serta kemampuan lengannya untuk berputar.
Dengan jari – jari tangannya yang fleksibel manusia dapat memegang dengan
sempurna suatu benda, dapat membuat alat dan bekerja.
·
Otaknya dan kepalanya yang
lebih besar, serta system syarafnya yang jauh lebih tinggi daripada binatang.
2)
Manusia memiliki keadaan
dan bentuk sosial, kebudayaan dan intelektual yang khusus. Manusia memiliki
bahasa yang terdiri dari sejumlah kata dan melakukkan pembicaraan. Kata – kata
yang diucapkan manusia sangat jelas.
3)
Manusia mampu membuat dan
menciptakan berkali – kali alat – alat yang kompleks dan mesin – mesin. Manusia
menyalakan api, membangun rumah, memakai pakaian dan perhiasan dan melakukan
perjalanan bahkan sampai luar angkasa.
4)
Manusia adalah makhluk
sosial politik yang membuat hukum, mendirikan kaidah dan dapat bekerjasama
dalam kelompok – kelompok yang lebih besar.
5)
Hanya manusia yang sadar
akan sejarah dan mempunyai tradisi kebudayaan yang terus menerus. Membuat
rencana masa depan dan membuat keputusan.
6)
Manusia memiliki sifat
estetik, seni dan keindahan.
7)
Manusia memiliki rasa benar
dan salah, beretika dan berhati nurani.
8)
Manusia adalah makhluk
religious, makhluk yang memiliki kepercayaan dan beragama, percaya terhadap hal
gaib dan melakukan aktivitas ritual.
(Titus, 1984:31)
(Titus, 1984:31)
2.
Kaitan Manusia Dengan Kebudayaan
a.
Orientasi Nilai Budaya
Terdapat
banyak nilai kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia.
Nilai kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak
kebudayaan di dunia ini memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan
terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari lima masalah dasar dalam hidup
manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.
Kluckhohn
dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai budaya merupakan sebuah
konsep ruanglingkup luas yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang
paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling
berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara
fungsional sistem nilai ini mendorong
individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya
dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam
Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan
hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia
tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan
wujud ideal dari lingkungan sosialnya.
Dapat pula dikatakan bahwa sistem
nilai budaya suatu masyarakat
merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu
warga masyarakat itu.
Ada lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia ( kerangka Kluckhohn ) :
Hakekat Hidup
a. Hidup itu buruk
b. Hidup itu baik
c.
Hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia tetap harus
bisa berikthtiar agar hidup bisa menjadi baik.
d. Hidup adalah
pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.
Hakekat Karya
a. Karya itu untuk
menafkahi hidup
b. Karya itu untuk
kehormatan.
Persepsi
Manusia Tentang Waktu
a. Berorientasi
hanya kepada masa kini. Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok.
Tetapi orientasi ini bagus karena seseorang yang berorientasi kepada masa kini
pasti akan bekerja semaksimal mungkin untuk hari-harinya.
b. Orientasi masa
lalu. Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi
diri mengenai apa yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.
c.
Orientasi masa depan. Manusia yang futuristik pasti lebih
maju dibandingkan dengan lainnya, pikirannya terbentang jauh kedepan dan
mempunyai pemikiran nyang lebih matang mengenai langkah-langkah yang harus di
lakukann nya.
Pandangan
Terhadap Alam
a. Manusia tunduk
kepada alam yang dashyat.
b. Manusia berusaha
menjaga keselarasan dengan alam.
c. Manusia
berusaha menguasai alam.
Hubungan Manusia Dengan Manusia
a. Orientasi
kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya, barjiwa gotong
royong.
b. Orientasi
vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk
memerintah dan memimpin.
c. Individualisme,
menilai tinggi uaha atas kekuatan sendiri
B. Pengertian dan Jenis – Jenis Cinta
Kasih
1. Pengertian Cinta Kasih
Cinta kasih adalah ungkapan perasaan
yang didukung oleh unsur karsa yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan
dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpan rasa
kasih saying dan kemesraan, belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang
diserata dengan tanggung jawab akan menciptakan keserasian, keseimbangan dan
kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungannya dan antara
manusia dengan Tuhannya. (Drs. Idad Suhada,M. Pd.,dalam ISD)
Cinta merupakan
wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang sangat dalam. Namun dalam
konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga mewakili perasaan sedih.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Cinta adalah
penciutan alam jagad menjadi existensi tunggal dan pemekaran existensi tunggal
mencapai Tuhan. (Victor Hugo)
Cinta adalah
persatuan dalam keutuhan integrasi dan individualitas. (Erich Fromm)
Pendapat lainnya, cinta adalah
sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut.
Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 ini mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu.
Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 ini mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu.
Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk
meluapkan perasaan seperti berikut:
- Perasaan
terhadap keluarga
- Perasaan
terhadap teman-teman, atau philia
- Perasaan
yang romantis atau juga disebut asmara
- Perasaan
yang hanya merupakan kemahuan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
- Perasaan
sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
- Perasaan
tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
- Perasaan
terhadap sebuah konsep tertentu
- Perasaan
terhadap negaranya atau patriotisme
- Perasaan
terhadap bangsa atau nasionalisme
Pengunaan perkataan cinta dalam masyarakat Indonesia dan
Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love
digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge.
Namun demikian perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa
serantau dan dijelaskan seperti berikut:
- Cinta
yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros
- Sayang
yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia
- Kasih
yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape
- Semangat
nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge
2.
Jenis – Jenis Cinta Kasih
a.
Macam – Macam Cinta Kasih
Manusia
dianugerahi oleh Tuhan rasa cinta kasih. Cinta kasih yang ada pada manusia
dapat berwujud dalam berbagai macam yaitu :
1. Cinta Diri
Secara
alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya, manusia membenci segala
sesuatu yang menghalangi hidupnya atau yang menghambat aktualisasi dirinya.
Cinta diri erat kaitannya dengan menjaga diri. Manusia menuntut segala sesuatu
yang bermanfaat atau berguna bagi dirinya. Gejala yang menunjukan kecintaan
manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaan yang luar biasa terhadap harta
benda (materi). Sebab manusia beranggapan dengan harta benda ia dapat merealisasikan
semua keinginannya guna mencapai kesenangan dan kemawahan hidup. Cinta terhadap
diri tidak harus dihilangakan, tetapi perluberinbang dengan cinta kepada orang
lain untuk berbuat baik. Inilah yanga dimaksud dengan cinta diri yang ideal.
2. Cinta Kepada Sesama Manusia
Cinta
kepada sesama manusia dapat dilukiskan dan di contohkan oleh seorang pembawa
kebenaran (nabi) atau oleh kelompok orang. Cinta kepada sesama manusia
merupakan watak dari manusia itu sendiri, selain watak manusia sebagai pembenci
dan bersifat kikir terhadap manusia lainnya. Motivasi seseorang mencintai
sesamanya, menurut persepsi sosiologis, disebabkan karena manusia tidak dapat
hidup sendirian ( manusia sebagai makhluk sosial). Menurut persepsi agama
(islam), mencintai sesama manusia itu merupakan kewajiban. Bahkan dalam batas
suatu kepercayaan, sesama manusia dianggap saudara (seiman).
3. Cinta Kepada Allah SWT
Cinta
yang ikhlas seorang manusia kepada Allah SWT akan merupakan pendorong dan
mengarahkannya kepada penundukan semua makhluk kecintaan lainnya. Cinta kepada
Allah SWT akan membuat seseorang menjadi mencintai sesame manusia, hewan,
tumbuhan, lingkungan, semua makhluk Allah SWT, dan seluruh alam semesta. Hal
ini terjadi karena semua wujud dipandang merupakan manifestasi Tuhannya, sebagai
sumber kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
4. Cinta Kepada Rasulullah SAW
Cinta
kepada Rasulullah (Muhammad SAW) merupakan peringkat kedua setelah cinta kepada
Allah SWT. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad SAW
bagi kaum muslimin merupakan suri teladan atau
contoh ideal yang sempurna bagi manusia, baik dalam tingkah laku, moral, maupun
berbagai sifat luhur lainnya. “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad SAW) benar –
benar berbudi pekerti yang agung.” (QS,68:4)
5. Cinta
Kepada Ibu Bapak (orang tua)
Cinta
kepada orang tua dalam ajaran islam sangat mendasar, menentukan ridha-tidaknya
Tuhan kepada manusia. Sabda Nabi Muhammad SAW.,”Keridhaan Allah bergantung kepada keridhaan kedua orangtua, dan
kemurkaan Allah bergantung kepada kemurkaan kedua orang tua.”(HR. Tirmidzi).
Khusus mengenai cinta kepada orang tua ini, Tuhan memperingatkan dengan keras
melalui ajaran akhlak mulia dan langsung dengan tata kramanya.
Mencintai
terhadap hal – hal yang bersiafat materi seperti mencintai harta, kekayaan, lawan
jenis, keluarga dan anak merupakan cinta yang bersiafat alami yang terdapat
pada diri manusia. Cinta seperti ini adalah cinta yang diberikan oleh Allah
kepada setaiap manusia dalam kehidupan ini. Mencintai terhadap hal – hal materi
dan duniawi adalah mencintai yang relative, temporer yang dibatasi oleh waktu
dan tempat, yang akan terus berubah – ubah.
Selain itu juga ada cinta yang memotivasi
cinta itu dilandasi oleh nilai – nilai ilahiyah yaitu mencintai karena dorongan
atau motivasi agama, bukan karena motivasi duniawi, cinta seperti ini merupakan
jenis cinta yang sempurna.
b. Jenis – Jenis Cinta menurut
Prespetif Islam
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta
mengebu-gebu, membara dan "nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis
mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan
dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir
lain
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta
yang penuh kasih sayang, lembut,siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang
memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya
dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan
kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta
rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua
terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur'an , kerabat
disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan
kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut
rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya
diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber
silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami
isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling
setia lahir batin-dunia akhirat
3. Cinta mail, adalah jenis cinta
yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga
hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al
Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta
kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang
sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta
jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan
hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term
syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih
yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada
anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat,membelanya meskipun salah.
Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman
bagi pezina (Q/24:2)
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta,
cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an
menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar
dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan
penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin
(Q/12:33)
7. Cinta kulfah. yakni perasaan
cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit,
seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri,
meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
c.
Beberapa Unsur yang Sering Ada Dalam
Cinta
- Afeksi:
menghargai orang lain.
- Altruisme:
perhatian non-egois kepada orang lain (yang tentunya sangat jarang kita
temui sekarang ini).
- Reciprocation:
cinta yang saling menguntungkan (bukan saling memanfaatkan).
- Commitment:
keinginan untuk mengabadikan cinta, tekad yang kuat dalam suatu hubungan.
- Keintiman
emosional: berbagi emosi dan rasa.
- Kinship:
ikatan keluarga.
- Passion:
Hasrat dan atau nafsu seksual yang cenderung menggebu-gebu.
- Physical
intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain secara fisik, termasuk di
dalamnya hubungan seksual.
- Self-interest:
cinta yang mengharapkan imbalan pribadi, cenderung egois dan ada keinginan
untuk memanfaatkan pasangan.
- Service:
keinginan untuk membantu dan atau melayani.
- Homoseks:
Cinta dan atau hasrat seksual pada orang yang berjenis kelamin sama,
khususnya bagi pria. Bagi wanita biasa disebut Lesbian (lesbi).
Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam
menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah
ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam
beberapa ikatan cinta. Dalam banyak agama dan sistem etik hal ini dianggap
salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau diluar
hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang
tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobi yang sama sangat biasa dalam
berteman dan saudara di seluruh manusia.
C.
Pengertian dan Jenis – Jenis
Penderitaan
1.
Pengertian Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata “derita”. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung.
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan termasuk
realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang
berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu Juga menentukan berat
tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh
seseorang belurn tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu
penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah
awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dari-Nya. Untuk itu pada urnumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikan-Nya. Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dari-Nya. Untuk itu pada urnumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikan-Nya. Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya.
2.
Sebab – Sebab Penderitaan
Apabila
kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya
penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
- Penderitaan
yang timbul karena perbuatan buruk manusia : Penderitaan yang menimpa
manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama
manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan yang
terkadang disebut nasib buruk ini dapat diperbaiki bila manusia itu mau
berusaha untuk memperbaikinya.
- Penderitaan yang timbul karena penyakit,siksaan / azab
tuhan . biasanya penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit
atau siksaan dari tuhannya. Namun kesabaran, tawakal dan optimisme
merupakan usaha manusia dalam mengatasi penderitaan tersebut.
Akibat
yang terjadi pada penderitaan yaitu jika penderitaan yang di alami seseorang
atau banyak orang tidak dapat di atasi dengan hati nurani, maka kemungkinan
besar akan berdampak pada emosi, dan hal buruk lainnya.
3.
Pengaruh Penderitaan
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap
negatif Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia atau tidak
bahagia. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa
hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya sebagian dari kehidupan. Sikap
positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan
oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para
penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaiann yaitu dapat berupa kemauan
untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan
perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti
dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus
disingkirkan.
4.
Jenis
- jenis penderitaan yang dialami oleh manusia
1. Penderitaan
dari kelahiran
- Penderitaan dari ketuaan
- Perderitaan dari kesakitan
- Perderitaan dari kematian
- Perderitaan dari kesedihan
- Perderitaan dari ratap tangis
- Perderitaan dari jasmani
- Perderitaan dari jasmani
- Perderitaan dari batin
- Pederitaan karena berkumpul dengan
orang yang tidak kita senangi
- Penderitaan akibat berpisah dengan
sesuatu/seseorang yang kita cintai
- Penderitaan akibat tidak dicapai apa yng dicita-citakan
(yang diinginkan atau didambakan)
D.
Keadilan
1.
Pengertian
Keadilan
Menurut sebagian besar teori,
keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika
Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20,
menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran".
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan
dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua
ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini
menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan
dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh
benda atau hasil yang sama, jika tidak sama, maka masing-masing orang akan
menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi
tersebut, disebut tidak adil.
Keadilan adalah
kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.(Wikipedia,
2013)
Kata
adil berasal dari bahasa arab, yang dalam bahasa Indonesia kata adil memiliki
arti sama, tidak berat sebalah, berpihak kepada kebenaran dan tidak
sewenang-wenang. Dalam bahasa Al-Quran keadilan yaitu disebut al-‘adlu dan
al-qishtu. Al-‘adl berarti sama atau persamaan diantara dua pihak atau lebih.
Adapun al-qishtu adalah bagian yang wajar dan patut.
Sebagaimana
frman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 90 yang artinya “sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan”. Juga dalam firman Allah dalam QS.
Al-‘Araf ayat 29 yang artinya “katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan
keadilan”.
Al-
Quran mengajarkan untuk bersikap adil dalam memutuskan perkara baik kepada diri
sendiri terutama kepada orang lain. Rasa suka dan benci tidak boleh
mempengaruhi dalam bersikap adil kepada orang lain. Sikap adil harus dijunjung
tinggi diatas segalannya.
Sebagaimana
firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 135 yang artinya “wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
2.
Jenis-jenis
Keadilan
Menurut
pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan
perlakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada
keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain,
keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya
dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Keadilan
menurut jenisnya dapat dibagi menjadi :
a. Keadilan
legal atau keadilan moral yang terwujud apabila setiap anggota didalam
masyarakat melakukan fungsinya dengan baik menurut kemampuannya. Dengan kata
lain, keadilan terwujud apabila setiap orang melaksanakan pekerjaannya menurut
sifat dasarnya yang paling cocok.
b. Keadilan
Distributif, yang terwujud apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama
dan hal-hal yang tidak sama dilakukan tidak sama pula.
c. Keadilan
Kumulatif, yang terwujud apabila ketindakannya tidak bercorak ekstrem sehingga
merusak atau menghancurkan pertalian didalam masyarakat, sehingga masyarakat
menjadi tidak tertib.
E.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keadilan
1.
Faktor
penghambat keadilan
Keadilan
itu sendiri memiliki faktor penghambat yakni sifat yang dusta atau kecurangan.
Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak
jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang
dilakukan.
Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat
menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis
serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan
nurani dan sisi moralitas.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara
lain :
a.
Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan
dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah,
tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam
merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara
untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
b. Faktor Peradaban dan Kebudayaan
sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya
“system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan
kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas.
Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada
setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan
bahkan menegakan keadilan.
c. Teknis. Hal ini juga sangat dapat
menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat
bersikap adil, kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga
sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita
sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan
orang lain.
2.
Faktor
pendukung Keadilan
Manusia yang hendak mencapai suatu tujuan, akan selalu
terikat dengan banyak faktor sehingga dia akan mengambil langkah yang efisien
sehingga dapat mencapai tujuannya dengan sempurna.
Faktor kondisional memiliki dua makna. Pertama adalah melihat faktor yang harus diadakan dalam kondisi tertentu, sehingga faktor akan dapat dilihat sebagai syarat atau sebab. Dimana faktor mendominasi terciptanya suatu kondisi tertentu. Kedua adalah melihat kondisi yang ada dengan dihubungkan pada faktor pendukung, sehingga faktor faktor yang ada tersebut hanya sebagai pendukung.Dia hanya di perlukan ketika keadaan tertentu saja.Dan ini berkaitan dengan kondisi yang pertama.Ketika menghubungkan faktor yang harus diadakan untuk membuat langkah strategis, dan taktik yang tepat dan efisien adalah pilihannya, maka banyak yang harus dipenuhi.
Faktor kondisional memiliki dua makna. Pertama adalah melihat faktor yang harus diadakan dalam kondisi tertentu, sehingga faktor akan dapat dilihat sebagai syarat atau sebab. Dimana faktor mendominasi terciptanya suatu kondisi tertentu. Kedua adalah melihat kondisi yang ada dengan dihubungkan pada faktor pendukung, sehingga faktor faktor yang ada tersebut hanya sebagai pendukung.Dia hanya di perlukan ketika keadaan tertentu saja.Dan ini berkaitan dengan kondisi yang pertama.Ketika menghubungkan faktor yang harus diadakan untuk membuat langkah strategis, dan taktik yang tepat dan efisien adalah pilihannya, maka banyak yang harus dipenuhi.
Misalnya, pengetahuan terhadap kondisi dirinya, tujuan yang
hendak dicapai dan juga langkah langkah strategis dan taktis yang hendak
dicapainya. karena selain ini, akan ada lagi banyak faktor yang harus
diketahuinya untuk dapat memenuhi 'efisiensi' langkah. Maka pengetahuan
terhadap kondisi, waktu dan tempat juga harus diperhatikan, atau boleh
dikatakan, semua faktor yang mendukung dan juga Permasalahan bukan hanya menfokuskan
pemikiran pada tujuan yang hendak dicapai, tapi juga persyaratan dan kondisi
yang ada sehingga semua penghalang.faktor yang ada dan diperlukan dapat
diindentifikasi dengan baik.
Keseluruhan faktor, berarti bahwa semua faktor yang ada yang
perlu diadakan atau/dan yang sudah ada. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka
membuat langkah strategis, karena dengannya langkah tersebut akan menjadi
kongkrit dan praktis serta efisien. Tidak dapat dicapai langkah startegis yang
baik, kecuali semua faktor sudah ter-inditifikasi, karena setiap kekurangan
terhadap pengetahuan faktor tersebut, maka akan menjadi langkah tersebut akan
tidak efisien bahkan boleh jadi mejauhkan dari pada tujuan.Boleh dikatakan
faktor kondisional merupakan hal yang dominan untuk mencapai tujuan. Karena
faktor kondisional merupakan persyaratan dari langkah stategis dan taktis,
untuk tercapainya tujuan. Dengan ini maka dihadapan kita ada dua kondisi :
a. Terpenuhinya semua semua faktor,
yaitu menciptakan (mengadakan) semua faktor sehingga langkah yang hendak
dicapai dapat segera dijalankan. Terjadinya pengkondisian sebelum melangkah.
b. Melangkah dengan harapan faktor yang
belum ada akan didapatkan atau terkondisikan. Hal ini akan membuat semua
langkah tidak efisien dan tidak fokus pada langkah strategis.
Mencapai keadilan sosial
ini merupakan cita-cita semua manusia sekarang. Tapi hingga sekarang dimana
keadilan sosial itu telah tercapai, sehingga bentukan tersebut menjadi contoh
yang kongkrit bagi semua. Maka jawabnya, semua manusia sedang berusaha untuk
mencapainya, dan belum ada satu manusiapun yang sudah merasakan apa itu
keadilan sosial.
Faktor yang perlu ada sehingga keadilan sosial dapat
dirasakan adalah:
a. Pendefinisan keadilan sosial dengan
baik, sehingga faktor sosial akan
memahami apa yang hendak dicapainya, atau apa yang menjadi cita cita bersama
mereka. Kalau saja pendefinisian tidak jelas, atau adanya perbedaan pendapat,
akan terjadilah perbedaan tujuan.
b. Faktor pendukung, untuk membantu
efisiensi kerja sosial sehingga akan
terjadinya kerja sama diantara unsur yang diperlukan. Faktor pendukung utama
yang dominan adalah SDM yang memenuhi syarat untuk keadilan, yaitu SDM yang
(minimal) tidak berjalan atas interesnya sendiri.
c.
Faktor penghalang, karena dengan adanya faktor ini, akan
diperlukan suatu unsur tertentu untuk menindak lanjuti sehingga hilangnya
faktor ini. Karena bisa jadi faktor ini menjadi penghalang sehingga sama sekali
makna dan kondisi keadilan tidak didapatkan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi
kesimpulan dari uraian di atas adalah kaitan manusia dan kebudayaan sangatlah
erat, sebab kebudayaan timbul karena hasil karya cipta dan karsa dari manusia
itu sendiri. Dengan kebudayaan dapat mengatur kehidupan manusia untuk hidup
bersosialisasi dengan manusia lain di sekitarnya. Dan kebudayaan dapat hilang
karena masuknya budaya lain. Oleh sebab itu, banyak suku lain menolak
kebudayaan dari luar di khawatirkan akan merusak kebudayaan yang mereka anut
sejak jaman dahulu.
Manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan rasa cinta kasih, sebab cinta kasihlah yang menjadi salah satu faktor dasar terbentuknya suatu interaksi kehidupan dengan diiringi adanya keadilan dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang seimbang demi tercapainya kehidupan yang harmonis tanpa ada penderitaan didalamnya.
Manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan rasa cinta kasih, sebab cinta kasihlah yang menjadi salah satu faktor dasar terbentuknya suatu interaksi kehidupan dengan diiringi adanya keadilan dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang seimbang demi tercapainya kehidupan yang harmonis tanpa ada penderitaan didalamnya.
SARAN
Setelah kita
membahas Makalah yang berjudul Manusia, Cinta Kasih, Penderitaan dan Keadilan
ini, semoga kita dapat lebih memahami hal-hal yang menyangkut aspek – aspek
diatas. Mampu memilah dan memilih manakah hal baik yang patut kita contoh dan
hal buruk yang patut untuk kita hindari. Serta senantiasa menjalankan kehidupan
ini dengan sebaik – baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Suhada,
Idad.2011.Ilmu Sosial Dasar.Bandung:
Insan Mandiri
Sulaeman,
Munandar.1998.Ilmu Budaya Dasar Suatu
Pengantar.Bandung: Eresco
Ahmadi,
Abu.1991.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:
Rineka Cipta