Thursday, February 18, 2016

MAKALAH MANUSIA, CINTA KASIH, PENDERITAAN DAN KEADILAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Manusia seperti yang kita tahu, sangat erat kaitannya dengan arti kebudayaan. Kebudayaan itu ibaratnya seperti ciri khas dari manusia yang menggunakan kebudayaan tersebut. Banyak sekali kebudayaan di negara Indonesia tercinta kita ini, salah satunya adalah seperti kebudayaan Jawa, kebudayaan Aceh, Kebudayaan Minangkabau dan masih banyak lagi.
Hakikat manusia dalam melestarikan dan menjaga kebudayaan adalah suatu keharusan agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan lainnya. Kita harus menjaga keaslian budaya kita karena kebudayaan tersebut merupakan warisan dari nenek moyang kita dahulu. Namun akhir-akhir ini, kita pasti sudah tahu kalau banyak dari kebudayaan di negara kita ini telah terpengaruh oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ya, itu benar. Ini merupakan efek dari arus globalisasi yang sangat kencang sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan dari luar yang bebas keluar masuk ke dalam negara kita ini sehingga kebudayaan kita agak sedikit ‘terpengaruh’ oleh kebudayaan luar, khususnya kebudayaan barat. Ini merupakan kelalaian masyarakat sekarang yang tidak mampu menjaga keaslian budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang kita terdahulu. Tapi ini sudah terlambat untuk diatasi. Mengapa? Ibaratnya itu kita seperti berjalan melawan arus yang sangat kencang, seperti itulah yang masyarakat kita sedang alami. Mereka tidak mempersiapkan pertahanan untuk melawan arus kencang tersebut. Bahkan mereka mulai mengikuti arah arus tersebut. Hal ini sangat berbahaya karena jika ini dibiarkan terus maka kebudayaan asli kita akan perlahan-lahan hilang. Tidakkah kita berpikir, bagaimana dengan anak cucu kita kelak yang akan mewariskan kebudayaan kita, sedangkan kebudayaannya itu sudah ‘tercemar’ oleh kebudayaan asing atau luar.


B.     RUMUSAN MASALAH

a.       Bagaimana konsep manusia dalam Ilmu Budaya Dasar?
b.      Apa pengertian dan jenis – jenis cinta?
c.       Apa pengertian dan jenis – jenis penderitaan?
d.      Apa pengertian dan jenis – jenis keadilan?
e.       Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi keadilan?

C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan adalah untuk :
a.       Untuk mengetahui berbagai konsep manusia dalam Ilmu Budaya Dasar
b.      Untuk mengetahui berbagai pengertian dan jenis – jenis cinta
c.       Untuk mengetahui berbagai pengertian dan jenis – jenis penderitaan
d.      Untuk mengetahui berbagai pengertian dan jenis – jenis keadilan
e.       Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi keadilan



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Manusia
1.      Pengertian Manusia
            Secara bahasa manusia berasal dari kata ”manu” (Sansekerta), ”mens” (Latin), yang berarti berfikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

a.      Pengertian Manusia menurut Para Ahli

            Selain itu pula, banyak para ahli yang mengemukakan definisi manusia itu tersendiri, diantaranya :
·         Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang. (Nicolaus D. & A.Sudiarja)
·         Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”. (Abineno J. I.)
·         Manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar. (Sokrates)
·         Manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan. (Kees Bertens)
·         Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa. ( I Wayan Watra)
·         Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. (Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany)
·         Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan. (Paula J. C. & Janet W. K.)
Menurut sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Ada banyak sebutan untuk manusia karena aktivitasnya, diantaranya :
1)      Manusia adalah animal rational, artinya yaitu makhluk yang mempunyai pikiran.
2)      Manusia adalah homo faber, artinya yaitu makhluk yang ahli membuat peralatan.
3)      Manusia adalah zoon politicon, artinya yaitu makhluk yang pandai bekerjasama dan mengorganisasikan diri.
4)      Manusia adalah homo religious, artinya yaitu makhluk yang beragama.

b.      Ciri yang dapat diamati dari diri manusia
            Mendefinisikan manusia tidaklah semudah dengan mendefinisikan wujud – wujud lainnya, karena mendefinisikan manusia adalah mendefinisikan dirinya sendiri, dan hal ini adalah hal yang tidak mudah. Akan tetapi meskipun begitu ada beberapa cirri yang khas yang dapat diamati dari diri manusia yaitu :
1)      Manusia berbeda dengan binatang. Perbedaan ini karena beberapa faktor fisik diantaranya :
·         Sikapnya yang tegak. Sikap tegak itu membebaskan manusia untuk melakukan eksplorasi.
·         Jari – jarinya yang bebas serta ibu jarinya yang mudah bergerak serta kemampuan lengannya untuk berputar. Dengan jari – jari tangannya yang fleksibel manusia dapat memegang dengan sempurna suatu benda, dapat membuat alat dan bekerja.
·         Otaknya dan kepalanya yang lebih besar, serta system syarafnya yang jauh lebih tinggi daripada binatang.
2)      Manusia memiliki keadaan dan bentuk sosial, kebudayaan dan intelektual yang khusus. Manusia memiliki bahasa yang terdiri dari sejumlah kata dan melakukkan pembicaraan. Kata – kata yang diucapkan manusia sangat jelas.
3)      Manusia mampu membuat dan menciptakan berkali – kali alat – alat yang kompleks dan mesin – mesin. Manusia menyalakan api, membangun rumah, memakai pakaian dan perhiasan dan melakukan perjalanan bahkan sampai luar angkasa.
4)      Manusia adalah makhluk sosial politik yang membuat hukum, mendirikan kaidah dan dapat bekerjasama dalam kelompok – kelompok yang lebih besar.
5)      Hanya manusia yang sadar akan sejarah dan mempunyai tradisi kebudayaan yang terus menerus. Membuat rencana masa depan dan membuat keputusan.
6)      Manusia memiliki sifat estetik, seni dan keindahan.
7)      Manusia memiliki rasa benar dan salah, beretika dan berhati nurani.
8)      Manusia adalah makhluk religious, makhluk yang memiliki kepercayaan dan beragama, percaya terhadap hal gaib dan melakukan aktivitas ritual.
(Titus, 1984:31)

2.      Kaitan Manusia Dengan Kebudayaan 
a.      Orientasi Nilai Budaya
            Terdapat banyak nilai kehidupan yang ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai kebudayaan pasti berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan di dunia ini memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika dilihat dari lima masalah dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai budaya hampir serupa.
Kluckhohn   dalam   Pelly   (1994)   mengemukakan   bahwa   nilai   budaya merupakan  sebuah  konsep  ruanglingkup  luas  yang  hidup  dalam  alam  fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara  fungsional  sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan.  Mereka  percaya,  bahwa  hanya  dengan  berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan  wujud  ideal  dari  lingkungan  sosialnya.  Dapat  pula  dikatakan  bahwa sistem   nilai   budaya   suatu   masyarakat   merupakan   wujud   konsepsional   dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
    Ada lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia ( kerangka Kluckhohn ) :
 Hakekat Hidup
a.       Hidup itu buruk
b.      Hidup itu baik
c.       Hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia tetap harus bisa berikthtiar   agar hidup bisa menjadi baik.
d.      Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah ditentukan.
 Hakekat Karya
a.       Karya itu untuk menafkahi hidup
b.      Karya itu untuk kehormatan.
 Persepsi Manusia Tentang Waktu
a.       Berorientasi hanya kepada masa kini. Apa yang dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal mungkin untuk hari-harinya.
b.      Orientasi masa lalu. Masa lalu memang bagus untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.
c.       Orientasi masa depan. Manusia yang futuristik pasti lebih maju dibandingkan dengan lainnya, pikirannya terbentang jauh kedepan dan mempunyai pemikiran nyang lebih matang mengenai langkah-langkah yang harus di lakukann nya.
 Pandangan Terhadap Alam
a.       Manusia tunduk kepada  alam yang dashyat.
b.      Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan alam.
c.       Manusia berusaha menguasai alam.
 Hubungan Manusia Dengan Manusia
a.       Orientasi kolateral (horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya, barjiwa gotong royong.
b.      Orientasi vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk memerintah dan memimpin.
c.       Individualisme, menilai tinggi uaha atas kekuatan sendiri

B.     Pengertian dan Jenis – Jenis Cinta Kasih
1.      Pengertian Cinta Kasih
            Cinta kasih adalah ungkapan perasaan yang didukung oleh unsur karsa yang dapat berupa tingkah laku dan pertimbangan dengan akal yang menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpan rasa kasih saying dan kemesraan, belas kasihan dan pengabdian. Cinta kasih yang diserata dengan tanggung jawab akan menciptakan keserasian, keseimbangan dan kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungannya dan antara manusia dengan Tuhannya. (Drs. Idad Suhada,M. Pd.,dalam ISD)
Cinta merupakan wakil dari perasaan kasih, sayang, atau rindu yang sangat dalam. Namun dalam konteks atau kadar kalimat tertentu, ia bisa juga mewakili perasaan sedih. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Cinta adalah penciutan alam jagad menjadi existensi tunggal dan pemekaran existensi tunggal mencapai Tuhan. (Victor Hugo)
Cinta adalah persatuan dalam keutuhan integrasi dan individualitas. (Erich Fromm)
            Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.           
Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 ini mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu.
 Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:
  1. Perasaan terhadap keluarga
  2. Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
  3. Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
  4. Perasaan yang hanya merupakan kemahuan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
  5. Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
  6. Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
  7. Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
  8. Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
  9. Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme
Pengunaan perkataan cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Namun demikian perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa serantau dan dijelaskan seperti berikut:
  1. Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros
  2. Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia
  3. Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape
  4. Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge         
2.      Jenis – Jenis Cinta Kasih       
a.      Macam – Macam Cinta Kasih
Manusia dianugerahi oleh Tuhan rasa cinta kasih. Cinta kasih yang ada pada manusia dapat berwujud dalam berbagai macam yaitu :
1.      Cinta Diri
            Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya, manusia membenci segala sesuatu yang menghalangi hidupnya atau yang menghambat aktualisasi dirinya. Cinta diri erat kaitannya dengan menjaga diri. Manusia menuntut segala sesuatu yang bermanfaat atau berguna bagi dirinya. Gejala yang menunjukan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaan yang luar biasa terhadap harta benda (materi). Sebab manusia beranggapan dengan harta benda ia dapat merealisasikan semua keinginannya guna mencapai kesenangan dan kemawahan hidup. Cinta terhadap diri tidak harus dihilangakan, tetapi perluberinbang dengan cinta kepada orang lain untuk berbuat baik. Inilah yanga dimaksud dengan cinta diri yang ideal.
2.      Cinta Kepada Sesama Manusia
            Cinta kepada sesama manusia dapat dilukiskan dan di contohkan oleh seorang pembawa kebenaran (nabi) atau oleh kelompok orang. Cinta kepada sesama manusia merupakan watak dari manusia itu sendiri, selain watak manusia sebagai pembenci dan bersifat kikir terhadap manusia lainnya. Motivasi seseorang mencintai sesamanya, menurut persepsi sosiologis, disebabkan karena manusia tidak dapat hidup sendirian ( manusia sebagai makhluk sosial). Menurut persepsi agama (islam), mencintai sesama manusia itu merupakan kewajiban. Bahkan dalam batas suatu kepercayaan, sesama manusia dianggap saudara (seiman).
3.      Cinta Kepada Allah SWT
            Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah SWT akan merupakan pendorong dan mengarahkannya kepada penundukan semua makhluk kecintaan lainnya. Cinta kepada Allah SWT akan membuat seseorang menjadi mencintai sesame manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan, semua makhluk Allah SWT, dan seluruh alam semesta. Hal ini terjadi karena semua wujud dipandang merupakan manifestasi Tuhannya, sebagai sumber kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.
4.      Cinta Kepada Rasulullah SAW
            Cinta kepada Rasulullah (Muhammad SAW) merupakan peringkat kedua setelah cinta kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena Nabi Muhammad SAW
 bagi kaum muslimin merupakan suri teladan atau contoh ideal yang sempurna bagi manusia, baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad SAW) benar – benar berbudi pekerti yang agung.” (QS,68:4)
 5.   Cinta Kepada Ibu Bapak (orang tua)
            Cinta kepada orang tua dalam ajaran islam sangat mendasar, menentukan ridha-tidaknya Tuhan kepada manusia. Sabda Nabi Muhammad SAW.,”Keridhaan Allah bergantung kepada keridhaan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah bergantung kepada kemurkaan kedua orang tua.”(HR. Tirmidzi). Khusus mengenai cinta kepada orang tua ini, Tuhan memperingatkan dengan keras melalui ajaran akhlak mulia dan langsung dengan tata kramanya.

            Mencintai terhadap hal – hal yang bersiafat materi seperti mencintai harta, kekayaan, lawan jenis, keluarga dan anak merupakan cinta yang bersiafat alami yang terdapat pada diri manusia. Cinta seperti ini adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada setaiap manusia dalam kehidupan ini. Mencintai terhadap hal – hal materi dan duniawi adalah mencintai yang relative, temporer yang dibatasi oleh waktu dan tempat, yang akan terus berubah – ubah.
 Selain itu juga ada cinta yang memotivasi cinta itu dilandasi oleh nilai – nilai ilahiyah yaitu mencintai karena dorongan atau motivasi agama, bukan karena motivasi duniawi, cinta seperti ini merupakan jenis cinta yang sempurna.


b.      Jenis – Jenis Cinta menurut Prespetif Islam
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan "nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat,membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2)
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
7. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)        
c.       Beberapa Unsur yang Sering Ada Dalam Cinta
  • Afeksi: menghargai orang lain.
  • Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain (yang tentunya sangat jarang kita temui sekarang ini).
  • Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan (bukan saling memanfaatkan).
  • Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta, tekad yang kuat dalam suatu hubungan.
  • Keintiman emosional: berbagi emosi dan rasa.
  • Kinship: ikatan keluarga.
  • Passion: Hasrat dan atau nafsu seksual yang cenderung menggebu-gebu.
  • Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain secara fisik, termasuk di dalamnya hubungan seksual.
  • Self-interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi, cenderung egois dan ada keinginan untuk memanfaatkan pasangan.
  • Service: keinginan untuk membantu dan atau melayani.
  • Homoseks: Cinta dan atau hasrat seksual pada orang yang berjenis kelamin sama, khususnya bagi pria. Bagi wanita biasa disebut Lesbian (lesbi).
Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam beberapa ikatan cinta. Dalam banyak agama dan sistem etik hal ini dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau diluar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobi yang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh manusia.
C.    Pengertian dan Jenis – Jenis Penderitaan
1.      Pengertian Penderitaan
            Penderitaan berasal dari kata “derita”. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu Juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belurn tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.          
            Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan “risiko” hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak memalingkan dari-Nya. Untuk itu pada urnumnya manusia telah diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap atau tanggap terhadap peringatan yang diberikan-Nya. Tanda atau wangsit demikian dapat berupa mimpi sebagai pemunculan rasa tidak sadar dari manusia waktu tidur, atau mengetahui melalui membaca koran tentang terjadinya penderitaan. Kepada manusia sebagai homo religius Tuhan telah memberikannya.

2.      Sebab – Sebab Penderitaan
Apabila kita kelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
  1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia : Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan yang terkadang disebut nasib buruk ini dapat diperbaiki bila manusia itu mau berusaha untuk memperbaikinya.
  2. Penderitaan yang timbul karena penyakit,siksaan / azab tuhan . biasanya penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan dari tuhannya. Namun kesabaran, tawakal dan optimisme merupakan usaha manusia dalam mengatasi penderitaan tersebut.
Akibat yang terjadi pada penderitaan yaitu jika penderitaan yang di alami seseorang atau banyak orang tidak dapat di atasi dengan hati nurani, maka kemungkinan besar akan berdampak pada emosi, dan hal buruk lainnya.

3.      Pengaruh Penderitaan
            Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif Sikap negatif misalnya penyesalan karena tidak bahagia atau tidak bahagia. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya sebagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya. Penilaiann yaitu dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan yang berupa hambatan harus disingkirkan.

4.      Jenis - jenis penderitaan yang dialami oleh manusia
1.      Penderitaan dari kelahiran
  1. Penderitaan dari ketuaan
  2. Perderitaan dari kesakitan
  3. Perderitaan dari kematian
  4. Perderitaan dari kesedihan
  5. Perderitaan dari ratap tangis
  6. Perderitaan dari jasmani
  7. Perderitaan dari jasmani
  8. Perderitaan dari batin
  9. Pederitaan karena berkumpul dengan orang yang tidak kita senangi
  10. Penderitaan akibat berpisah dengan sesuatu/seseorang yang kita cintai
  11. Penderitaan akibat tidak dicapai apa yng dicita-citakan (yang diinginkan atau didambakan)



D.    Keadilan
1.      Pengertian Keadilan
            Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran".
 Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, jika tidak sama, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut, disebut tidak adil.
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.(Wikipedia, 2013)
            Kata adil berasal dari bahasa arab, yang dalam bahasa Indonesia kata adil memiliki arti sama, tidak berat sebalah, berpihak kepada kebenaran dan tidak sewenang-wenang. Dalam bahasa Al-Quran keadilan yaitu disebut al-‘adlu dan al-qishtu. Al-‘adl berarti sama atau persamaan diantara dua pihak atau lebih. Adapun al-qishtu adalah bagian yang wajar dan patut.
            Sebagaimana frman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 90 yang artinya “sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan”. Juga dalam firman Allah dalam QS. Al-‘Araf ayat 29 yang artinya “katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”.  
            Al- Quran mengajarkan untuk bersikap adil dalam memutuskan perkara baik kepada diri sendiri terutama kepada orang lain. Rasa suka dan benci tidak boleh mempengaruhi dalam bersikap adil kepada orang lain. Sikap adil harus dijunjung tinggi diatas segalannya.
            Sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nisa ayat 135 yang artinya “wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

2.      Jenis-jenis Keadilan
            Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Keadilan menurut jenisnya dapat dibagi menjadi :
a.       Keadilan legal atau keadilan moral yang terwujud apabila setiap anggota didalam masyarakat melakukan fungsinya dengan baik menurut kemampuannya. Dengan kata lain, keadilan terwujud apabila setiap orang melaksanakan pekerjaannya menurut sifat dasarnya yang paling cocok.
b.      Keadilan Distributif, yang terwujud apabila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama dilakukan tidak sama pula.
c.       Keadilan Kumulatif, yang terwujud apabila ketindakannya tidak bercorak ekstrem sehingga merusak atau menghancurkan pertalian didalam masyarakat, sehingga masyarakat menjadi tidak tertib.

E.       Faktor-faktor yang mempengaruhi keadilan

1.        Faktor penghambat keadilan
            Keadilan itu sendiri memiliki faktor penghambat yakni sifat yang dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.
Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain :
a.       Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
b.      Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
c.       Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikap adil, kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain.

2.      Faktor pendukung Keadilan
Manusia yang hendak mencapai suatu tujuan, akan selalu terikat dengan banyak faktor sehingga dia akan mengambil langkah yang efisien sehingga dapat mencapai tujuannya dengan sempurna.    
Faktor kondisional memiliki dua makna. Pertama adalah melihat faktor yang harus diadakan dalam kondisi tertentu, sehingga faktor akan dapat dilihat sebagai syarat atau sebab. Dimana faktor mendominasi terciptanya suatu kondisi tertentu. Kedua adalah melihat kondisi yang ada dengan dihubungkan pada faktor pendukung, sehingga faktor faktor yang ada tersebut hanya sebagai pendukung.Dia hanya di perlukan ketika keadaan tertentu saja.Dan ini berkaitan dengan kondisi yang pertama.Ketika menghubungkan faktor yang harus diadakan untuk membuat langkah strategis, dan taktik yang tepat dan efisien adalah pilihannya, maka banyak yang harus dipenuhi.
Misalnya, pengetahuan terhadap kondisi dirinya, tujuan yang hendak dicapai dan juga langkah langkah strategis dan taktis yang hendak dicapainya. karena selain ini, akan ada lagi banyak faktor yang harus diketahuinya untuk dapat memenuhi 'efisiensi' langkah. Maka pengetahuan terhadap kondisi, waktu dan tempat juga harus diperhatikan, atau boleh dikatakan, semua faktor yang mendukung dan juga Permasalahan bukan hanya menfokuskan pemikiran pada tujuan yang hendak dicapai, tapi juga persyaratan dan kondisi yang ada sehingga semua penghalang.faktor yang ada dan diperlukan dapat diindentifikasi dengan baik.
Keseluruhan faktor, berarti bahwa semua faktor yang ada yang perlu diadakan atau/dan yang sudah ada. Hal ini sangat diperlukan dalam rangka membuat langkah strategis, karena dengannya langkah tersebut akan menjadi kongkrit dan praktis serta efisien. Tidak dapat dicapai langkah startegis yang baik, kecuali semua faktor sudah ter-inditifikasi, karena setiap kekurangan terhadap pengetahuan faktor tersebut, maka akan menjadi langkah tersebut akan tidak efisien bahkan boleh jadi mejauhkan dari pada tujuan.Boleh dikatakan faktor kondisional merupakan hal yang dominan untuk mencapai tujuan. Karena faktor kondisional merupakan persyaratan dari langkah stategis dan taktis, untuk tercapainya tujuan. Dengan ini maka dihadapan kita ada dua kondisi :
a.       Terpenuhinya semua semua faktor, yaitu menciptakan (mengadakan) semua faktor sehingga langkah yang hendak dicapai dapat segera dijalankan. Terjadinya pengkondisian sebelum melangkah.
b.      Melangkah dengan harapan faktor yang belum ada akan didapatkan atau terkondisikan. Hal ini akan membuat semua langkah tidak efisien dan tidak fokus pada langkah strategis.
 Mencapai keadilan sosial ini merupakan cita-cita semua manusia sekarang. Tapi hingga sekarang dimana keadilan sosial itu telah tercapai, sehingga bentukan tersebut menjadi contoh yang kongkrit bagi semua. Maka jawabnya, semua manusia sedang berusaha untuk mencapainya, dan belum ada satu manusiapun yang sudah merasakan apa itu keadilan sosial.
Faktor yang perlu ada sehingga keadilan sosial dapat dirasakan adalah:
a.       Pendefinisan keadilan sosial dengan baik, sehingga faktor sosial      akan memahami apa yang hendak dicapainya, atau apa yang menjadi cita cita bersama mereka. Kalau saja pendefinisian tidak jelas, atau adanya perbedaan pendapat, akan terjadilah perbedaan tujuan.
b.      Faktor pendukung, untuk membantu efisiensi kerja sosial sehingga      akan terjadinya kerja sama diantara unsur yang diperlukan. Faktor pendukung utama yang dominan adalah SDM yang memenuhi syarat untuk keadilan, yaitu SDM yang (minimal) tidak berjalan atas interesnya sendiri.
c.       Faktor penghalang, karena dengan adanya faktor ini, akan diperlukan suatu unsur tertentu untuk menindak lanjuti sehingga hilangnya faktor ini. Karena bisa jadi faktor ini menjadi penghalang sehingga sama sekali makna dan kondisi keadilan tidak didapatkan.



BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
            Jadi kesimpulan dari uraian di atas adalah kaitan manusia dan kebudayaan sangatlah erat, sebab kebudayaan timbul karena hasil karya cipta dan karsa dari manusia itu sendiri. Dengan kebudayaan dapat mengatur kehidupan manusia untuk hidup bersosialisasi dengan manusia lain di sekitarnya. Dan kebudayaan dapat hilang karena masuknya budaya lain. Oleh sebab itu, banyak suku lain menolak kebudayaan dari luar di khawatirkan akan merusak kebudayaan yang mereka anut sejak jaman dahulu.
Manusia juga tidak dapat dipisahkan dengan rasa cinta kasih, sebab cinta kasihlah yang menjadi salah satu faktor dasar terbentuknya suatu interaksi kehidupan dengan diiringi adanya keadilan dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang seimbang demi tercapainya kehidupan yang harmonis tanpa ada penderitaan didalamnya.

SARAN
            Setelah kita membahas Makalah yang berjudul Manusia, Cinta Kasih, Penderitaan dan Keadilan ini, semoga kita dapat lebih memahami hal-hal yang menyangkut aspek – aspek diatas. Mampu memilah dan memilih manakah hal baik yang patut kita contoh dan hal buruk yang patut untuk kita hindari. Serta senantiasa menjalankan kehidupan ini dengan sebaik – baiknya.



DAFTAR PUSTAKA

Suhada, Idad.2011.Ilmu Sosial Dasar.Bandung: Insan Mandiri
Sulaeman, Munandar.1998.Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar.Bandung: Eresco

Ahmadi, Abu.1991.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta: Rineka Cipta